Thawaf adalah mengelilingi Ka’bah sebanyak 7 kali, dimana putaran pertama dengan lari-lari kecil (jika mungkin), dan selanjutnya dengan berjalan biasa, thawaf dimulai dan berakhir di garis sejajar dengan batas Hajar Aswad. Posisi ka’bah ketika Thawaf adalah disebelah kiri tubuh kita.
Dan Keanehan yang terjadi dalam video ini adalah ketika semut yang di sekitaran handphone dan mendengar Adzan dari handphone tersebut, semut-semut ini langsung membuat gerakan mengelilingi handphone seperti orang muslim thawaf.
Allahu Akbar, Maha Besar Allah dengan segala isi di muka bumi dan seluruh alam semesta ini
This is a FAKE video, ''Ants circulating around the phone due to Adhan''. The sound of the Adhan was manually added.Here is the original video: https://www.youtube.com/watch?v=GFX7mRl7xDs
Posted by Indungg Gunardi on Monday, February 8, 2016
Tawaf merupakan rukun yang tidak mudah ditangkap simbolisme yang terkandung di dalamnya. Bergerak mengelilingi Ka’bah tujuh kali, memiliki makna yang sangat dalam bagi hidup dan kehidupan setiap manusia dalam totalitas dimensinya, bukan hanya dalam konteks ritual atau kepentingan akhirat semata.
Tawaf, mengandung makna bahwa gerak hidup setiap manusia, bukanlah sekedar untuk hidup itu sendiri, melainkan segala gerak hidup itu terjadi dan menuju kepada Allah SWT. Allah SWT sebagai pusat pusaran gerak manusia, sebagai pusat orbit gerakan kehidupan manusia.
Secara singkat, simbolisasi dari tawaf berdasarkan pemaknaan di atas, adalah bahwa setiap manusia harus memiliki kesadaran yang kuat mengenai pemahaman yang benar dan lurus dari mana kehidupan ini berasal dan ke mana akan menuju, yaitu dari dan menuju Allah. Tawaf adalah mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali putaran dimulai dan diakhiri dari Rukun Hajar Aswad, sedangkan Ka’bah berada disebelah kiri. Ka’bah adalah pusat/kiblat ibadah umat islam. Disinilah, di baitullah ini kita menjadi tamu Allah SWT.
Putaran tawaf sebanyak 7 kali merefleksikan rotasi bumi terhadap matahari yang menandai putaran terjadinya kisaran waktu, siang dan malam, yang menunjukkan waktu, hari, bulan dan tahun. Subhanalloh…inilah kebesaran Allah SWT, semuanya bukanlah terjadi secara kebetulan, tetapi sudah menjadi sunnatullah.
Tawaf melambangkan nilai-nilai tauhid. Dalam tawaf manusia diarahkan agar selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT. Mendekatkan diri kepada Allah SWT bukan hanya satu kali saja, tetapi berulang kali dan setiap waktu dalam kehidupan, sebagaimana dilambangkan dalam ibadah tawaf yang dilakukan tujuh kali putaran. Ini melambangkan agar manusia selalu mendekatkan diri kepada Allah selama tujuh hari dalam seminggu, bermakna manusia harus dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT setiap saat dan setiap hari dalam kehidupannya.
Tawaf tersebut dilakukan dengan penuh penghayatan akan kehadiran Allah SWT, berzikir , berdoa dan memohon ampun kepada-Nya. Ini melambangkan agar setiap manusia harus selalu beribadah kepada Allah SWT dengan merasakan kehadiran-Nya dalam setiap hari, mengingat kepada-Nya, berzikir, berdoa dan memohon ampun kepada-Nya.
Tidak ada hari yang lepas daripada ibadah, zikir, berdoa dan memohon ampun. Inilah kehidupan beribadah seorang muslim. Maksud tawaf ini sesuai dengan lafadz doa iftitah yang dilakukan dalam shalat:
“ inna shalaati wa nusukiy wamahyaaya wa mamaatiy lillahi robbil ‘alamiin “, sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku adalah untuk Allah SWT, Tuhan seluruh alam “.
Dalam tawaf, kita diwajibkan untuk mengucup batu hitam “Hajar Aswad” atau dengan cara memberi isyarat lambaian tangan ( istislam ) kepadanya, sebagaimana yang dilakukan oleh baginda Rasulullah SAW. Ini bermakna dalam melaksanakan ibadah kepada Allah SWT, umat Islam harus mengikuti sunnah dan contoh yang dilakukan oleh baginda Rasulullah SAW.
Mengucup batu hitam tersebut juga merupakan lambang bahwa ibadah harus dilakukan dengan penuh kecintaan kepada Allah SWT. Ibadah dilakukan bukan untuk tujuan dunia, bukan tujuan sementara tetapi hanya dengan tujuan mengharapkan keridhaan Allah SWT dengan penuh rasa cinta kepada-Nya.
Tawaf adalah Wujud Ketaatan Seorang Hamba
Coba kita perhatikan, setiap benda tersusun dari atom. Termasuk tubuh kita. Atom terdiri atas sebuah inti atom dan beberapa elektron. Seluruh elektron di dalam atom bergerak mengelilingi inti atom persis seperti tawaf mengelilingi Ka’bah! Subahanallah! Jagad raya (makro cosmos) juga semua bertawaf mengelilingi pusatnya masing-masing. Bulan bertawaf mengelilingi bumi. Bumi bertawaf mengelilngi matahari. Matahari bertawaf mengelilingi pusat galaksi. Subhanallah! Semua makhluk yang ada di jagad raya ini bertawaf (taat) kepada Allah SWT. Ini adalah sunnatulloh yang telah diatur oleh-Nya.
Karena itu, saat anda melaksanakan tawaf, tekadkan dalam hati anda bahwa anda sedang dan akan terus melakukan ketaatan kepada Allah SWT. Jika ini dilakukan, insyaAllah ritual rukun ibadah haji ini akan mengantarkan anda menjadi haji mabrur sehingga akan memberikan pengaruh yang luar biasa dalam kehidupan anda.
jagad raya melakukan tawafManusia dan Jagad Raya Bertawaf Mengikuti Sunnatulloh
Dalam pelaksanaannya, tawaf dilakukan dengan cara mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali putaran, berjalan memutar berlawanan dengan arah jarum jam, mulai dari Hajar Aswad, sementara posisi Ka’bah berada disisi kiri. Pertanyaan yang mungkin muncul dalam benak anda mengapa tawaf dilakukan dengan berjalan kekiri? Berlawanan dengan arah jarum jam? Mengapa posisi Ka’bah disebelah kiri orang-orang yang bertawaf? Apa makna dan hikmah yang terkandung dari semua itu?
Baiklah, untuk menjawab pertanyaan ini ada baiknya saya ajak anda untuk memperhatikan fakta yang terjadi di alam raya ini. Planet-planet termasuk matahari, berjalan pada rotasinya dengan berputar dari kanan ke kiri, terbalik dengan arah jarum jam. Bahkan, galaksi Bimasakti pun berjalan dari kanan ke kiri, elektron-elektron juga demikian.
Mari kita perhatikan juga fakta ilmiah yang terjadi didalam tubuh kita, darah bersirkulasi dari jantung ke seluruh tubuh dari arah kanan ke kiri. Jadi, alam raya seakan melakukan tawaf kepada Penciptanya. Tawaf adalah gerakan dan perputaran yang merupakan sunnatulloh yang berlaku di alam raya ini. Seluruh alam bertawaf dan bertasbih kepada Sang Pencipta, kemudian hal itu disebut gerak atau rotasi, itulah tawaf.
Allah SWT berfirman :
“Tidak ada satu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kalian tidak memahami tasbih mereka” (QS. Al Isra: 44)
Kita manusia dan bumi yang kita diami ini hanyalah satu bagian dari milyaran galaksi, semua itu ada di langit dunia. Allah SWT berfirman :
“Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (kami), dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa.” (QS. Al Dzariyat: 47)
Semua langit berhubungan dengan langit sesudahnya seperti lingkaran di padang pasir. Begitu seterusnya sampai langit ketujuh. Setiap bintang dan planet memiliki galaksi dan rotasi ke arah kiri. Semua tidak pernah melampaui garis edarnya dalam berputar. Jarak antara bintang-bintang dan planet- planet sangat jauh.
Jarak antara bumi dan matahari sekitar 386 juta kilometer. Sedangkan jarak bulan dan bumi sekitar 150 juta kilometer. Jarak yang jauh ini tidak seberapa dibandingkan jarak yang ada di alam raya ini. Jarak antara satu bintang dan bintang yang lain diperkirakan sekitar empat tahun perjalanan cahaya. Sementara kecepatan cahaya adalah 360.000 kilometer/detik.
Jika dipikirkan, dengan tawaf seorang muslim berarti mengikuti irama alam semesta dan mengikuti malaikat yang tawaf di Baitul Ma’mur di langit ketujuh. Bisa jadi tawaf yang mengindikasikan perputaran waktu ini merupakan isyarat bagi jama’ah haji agar mengatur segala urusannya dan berusaha sekuat tenaga untuk tidak menyia-nyiakan waktu dengan tidak melepaskan diri sedetikpun dari pusat orbit kita yaitu Allah SWT.
Pandanglah bumi ini. Kita akan menyadari posisi kita dan akhirnya menyadari betapa kecilnya diri kita. Lihatlah planet dan galaksi, semua tampak begitu besar dan luas. Orang-orang yang berakal pasti akan berkata, “Bumi ini hanyalah noktah yang berenang di angkasa.” Ia pastilah akan berkata didalam hatinya “Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam. Tidaklah Engkau ciptakan semua ini dengan sia-sia.”
Seharusnya, semua itu dapat mendorong kita untuk tunduk dan merendahkan diri kepada Allah SWT. Seluruh alam semesta bertawaf menyembah Allah SWT dan kita bergerak bersamanya. Alam semesta pun tunduk kepada-Nya. Dalam tawaf kita mengikuti alam semesta menghadap Allah SWT. Kita berputar mengikuti aturan-Nya dalam irama sunnatulloh. Kita seharusnya juga berusaha mengikuti iramanya di bumi ini agar tidak terjadi ketimpangan di alam semesta dan lebih khusus lagi ketimpangan dalam perjalanan hidup kita.
Dengan melakukan tawaf, kita harus dapat bertanya kepada diri sendiri sudahkah seluruh aktivitas kehidupan kita dalam tujuh hari mengikuti irama sunnatulloh ini sebagai wujud ketaatan dan ibadah kepada Allah SWT? Jika belum, segeralah kembali kepada irama maha besar ini, agar hidup kita seimbang dan tidak berantakan.
Sebagaimana tawaf yang dilakukan sebanyak tujuh kali ini. Sudahkah kita dapat mendekatkan diri dan berzikir kepadaNya dengan penuh kecintaan dan mengharapkan keridhaan-Nya? Apakah pelaksanan aktivitas kehidupan dan ibadah yang kita lakukan selama ini masih disertai dengan riya’, dan tujuan mencari kesenangan dunia yang semu dan sementara?
elektron melakukan tawafSudahkan hidup kita seluruhnya merupakan wujud daripada ibadah kepada Allah SWT atau hanya untuk mencari kepuasan dunia dan hawa nafsu semata? Apakah kerja yang kita lakukan, segala aktivitas yang kita laksanakan dalam kehidupan ini bertujuan untuk mencari ridha Allah SWT ataukah tujuan yang lainnya? Segeralah renungkan pertanyaan-pertanyaan penting ini.
Seorang pemikir Islam dari Pakistan, Muhammad Iqbal dalam syairnya berkata :
“Rahasia Ka’bah adalah persatuan. Karena seluruh manusia menyatu dalam putaran. Untuk mengabdi dan menyembah Tuhan. Sebab agama hanya akan menjelma dalam dua cara, yaitu penyerahan diri dalam beribadah dengan menghayati kebesaran Tuhan di setiap saat “.
Mari kita renungkan Firman Allah SWT berikut ini:
Allah SWT berfirman:
“Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah (garis edarnya), sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari dapat mendahuli bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang, masing-masing beredar pada garis edarnya.” (QS Yaasin ayat 39-40)
Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS Ali Imron 190-191)
Maha benar Allah SWT dengan segala firman-Nya. Semoga kita dapat menghayati dan mampu mengambil hikmah dan pelajaran dari prosesi tawaf yang dilakukan dalam ibadah haji maupun umroh ini agar kita selalu dekat dengan Allah SWT sebagai pusat orbit kita, sehingga kehidupan kita bisa seimbang sesuai dengan irama sunnatulloh jagad raya ini.
Aamiin Yaa Mujiibassailiin